BEWARA - Sepak bola bukan hanya melulu soal adu taktik dan keahlian memainkan bola. Olah raga terpopuler di dunia ini juga tidak lepas dari hal-hal yang sifatnya klenik, misalnya soal kutukan. Meskipun banyak yang menganggap kalau kutukan tersebut hanyalah bualan media, tidak sedikit pula yang meyakini kalau kutukan tersebut memang benar adanya. Berikut ini adalah beberapa contoh kutukan di dunia sepak bola yang banyak diyakini oleh para penggemar sepak bola.
Klub yang Diperkuat Zlatan Ibrahimovic Tidak Akan Bisa Menjuarai Liga Champions
Klub yang Diperkuat Zlatan Ibrahimovic Tidak Akan Bisa Menjuarai Liga Champions via bola.com |
Tidak berlebihan rasanya untuk menyebut Zlatan Ibrahimovic sebagai salah satu penyerang terbaik generasi ini. Sepanjang karirnya, pemain berkewarganegaraan Swedia pernah memperkuat klub-klub besar seperti Juventus, Inter Milan, AC Milan, Barcelona, hingga Paris Saint Germain. Bersama klub-klub tadi, ia berhasil memenangkan trofi liga dan piala domestik di masing-masing negara.
Karir Ibrahimovic yang cemerlang ditunjang oleh posturnya yang tinggi besa. Bukan hanya itu, Ibrahimovic juga memiliki tendangan yang akurat dan kemampuan olah bolanya yang prima. Kombinasi dari hal-hal tadi lantas menjadikan Ibrahimovic bisa mencetak gol lewat sundulan dan tendangan sama baiknya.
Lepas dari semua hal tadi, Ibrahimovic ternyata juga memiliki ‘kutukan’. Meskipun ia kerap berhasil membawa klub-klub yang dibelanya menjuarai turnamen domestik, King Ibra justru belum pernah mengangkat trofi Liga Champions sepanjang karirnya.
Saat ia bersama Juventus dan Inter Milan misalnya, ia gagal membawa klub-klub tadi memenangkan Liga Champions. Saat Ibrahimovic pindah ke Barcelona yang baru saja menjuarai Liga Champions pada tahun 2009, Barcelona malah gagal memenangkan Liga Champions. Uniknya lagi, Inter Milan yang selama diperkuat oleh Ibrahimovic gagal menjuarai Liga Champions justru berhasil memenangkan Liga Champions di tahun 2010.
Kutukan tersebut terus berlanjut saat Ibrahimovic pindah ke AC Milan dan Paris Saint Germain. Terhitung sejak tahun 2020, Ibrahimovic kembali bermain untuk AC Milan. Dengan melihat usia Ibrahimovic yang sudah tidak lagi muda dan status AC Milan sebagai klub yang tidak bermain di Liga Champions, kutukan itu nampaknya masih tidak akan bisa dipatahkan oleh Ibra.
Juara Piala Konfederasi Bakal Gagal Memenangkan Piala Dunia
Juara Piala Konfederasi Bakal Gagal Memenangkan Piala Dunia via sepakbola.com |
Piala Konfederasi bisa disebut sebagai Piala Dunia mini. Pasalnya turnamen ini diikuti oleh timnas-timnas dari seluruh dunia dengan jumlah peserta yang lebih sedikit. Apa yang membedakan Piala Konfederasi dari Piala Dunia adalah Piala Konfederasi hanya diikuti oleh timnas yang baru saja menjuarai turnamen di benuanya masing-masing.
Turnamen dengan nama Piala Konfederasi pertama kali digelar pada tahun 1992 di Arab Saudi dengan nama Piala King Fahd. Terhitung sejak tahun 1997, turnamen Piala King Fahd namanya diubah menjadi Piala Konfederasi dan digelar setiap 4 tahun sekali.
Sejak perhelatan perdananya, Piala Konfederasi seolah membawa kutukan bagi tim-tim yang ingin menjuarai Piala Dunia. Pasalnya tim yang baru saja menjuarai Piala Konfederasi pasti bakal gagal memenangkan Piala Dunia di tahun berikutnya.
Pada tahun 1997 misalnya, Brazil berhasil memenangkan Piala Konfederasi. Namun dalam Piala Dunia 1998, Brazil yang kebetulan saat itu juga berstatus sebagai juara bertahan justru harus mengakui keunggulan tuan rumah Perancis dengan skor 0-3 di babak final.
Tren kutukan tersebut sejak itu terus berlangsung dalam Piala Dunia dan Piala Konfederasi berikutnya. Contoh terakhir terjadi pada tahun 2018 lalu. Jerman berhasil menjuarai Piala Konfederasi 2017, namun di Piala Dunia 2018 Jerman justru tampil memalukan dan harus tersingkir dini di fase grup.
Jose Mourinho Bakal Selalu Terpuruk di Musim Ketiganya
Jose Mourinho Bakal Selalu Terpuruk di Musim Ketiganya via indosport.com |
Jose Mourinho adalah salah satu pelatih tersukses sama 2 dasawarsa terakhir. Sejak menjuarai Liga Champions bersama Porto, karir Mourinho sejak itu terus bergelimang gelar. Ia berhasil menjuarai liga domestik bersama dengan Chelsea, Inter, dan Real Madrid. Saat bersama Inter pulalah, Mourinho kembali berhasil menjuarai Liga Champions di tahun 2010.
Mourinho sendiri dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Kendati di satu sisi ia dikagumi berkat karirnya yang dipenuhi oleh gelar, ia juga dibenci karena ia sering mengeluarkan komentar-komentar yang merendahkan pelatih dan tokoh sepak bola lain.
Selama beberapa tahun terakhir, Mourinho juga terkenal akan ‘kutukan 3 musim’. Menurut penjelasannya, klub mana pun yang dilatih oleh Mourinho pasti performanya akan memburuk begitu memasuki musim ketiga.
Klaim mengenai kutukan itu sendiri muncul karena sepanjang karirnya, Mourinho hampir tidak pernah melatih klub yang sama selama lebih dari 3 musim tanpa jeda. Padahal di 2 musim pertamanya, klub yang dilatih Mourinho hampir selalu menunjukkan performa yang luar biasa.
Di Chelsea misalnya, setelah berhasil membawa Chelsea menjuarai Liga Inggris di tahun 2015, Mourinho malah dipecat di musim berikutnya karena posisi Chelsea di klasemen musim itu menurun drastis. Di Manchester United (MU), Mourinho dipecat pada musim ketiganya setelah di musim pertamanya berhasil membawa MU memenangkan Liga Europa di musim perdana.
Sekarang Mourinho mencoba kembali peruntungan karirnya bersama Tottenham Hotspurs, tim yang tidak pernah menjuarai turnamen apa pun sejak tahun 2009. Mampukah Mourinho mengakhiri puasa gelar Tottenham, sekaligus mematahkan kutukan yang selama ini hinggap padanaya?
Kutukan Bela Guttman untuk Benfica
Kutukan Bela Guttman untuk Benfica via kompasiana.com |
Bela Guttman bukanlah nama yang akrab untuk kebanyakan penggemar sepak bola di masa sekarang. Hal yang cukup wajar karena Guttman terakhir kali melatih klub sepak bola pada tahun 1973 dan meninggal pada tahun 1981. Namun setiap kali Benfica gagal menjuarai turnamen di Eropa, nama Guttman bakal langsung disebut.
Guttman semasa hidupnya memang pernah melatih Benfica, tepatnya pada tahun 1959 hingga 1962. Namun hubungan baik antara Benfica dengan Guttman seketika berubah menjadi ketegangan tepat setelah Benfica berhasil menjuarai Piala Eropa (cikal bakal Liga Champions) pada tahun 1962.
Tidak lama sesudah partai final Piala Eropa 1962, Guttman menemui direksi klub dan meminta kenaikan gaji karena ia merasa sudah berjasa kepada klub. Alih-alih menuruti keinginan Guttman, pihak klub justru menolak mengabulkan keinginannya.
Guttman yang merasa gusar kemudian pergi meninggalkan Benfica di tahun yang sama. Sebelum ia pergi, Guttman sempat bersumpah kalau Benfica tidak akan pernah bisa menjuarai kompetisi Eropa apa pun selama ratusan tahun mendatang.
Sumpah Guttman tersebut seolah-olah langsung menjadi kenyataan saat Benfica berhasil memasuki partai final Piala Eropa di tahun 1963. Walaupun berhasil mencetak gol lebih dulu, Benfica justru sesudah itu harus mengakui keunggulan AC Milan usai ditekuk dengan skor 1-2.
Sejak itulah, tren kutukan Guttman di partai-partai final terus membayangi Benfica. Klub berlambang burung elang tersebut selalu mengalami kekalahan setiap kali berhasil memasuki babak final kompetisi Eropa. Terakhir pada tahun 2014 di partai final Liga Europa, Benfica harus mengakui keunggulan Sevilla dalam babak adu penalti.
Eusebio yang pernah bermain untuk Benfica saat masih dilatih Guttman sampat rela jauh-jauh berziarah ke makam Guttman di Wina, Austria, pada tahun 1990. Ia berdoa di atas makam Guttman dengan harapan kutukan tersebut bisa dicabut. Namun usahanya sia-sia karena dalam babak final Piala Eropa 1990, Benfica lagi-lagi menelan kekalahan di tangan AC Milan.
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Zlatan_Ibrahimovi%C4%87 https://en.wikipedia.org/wiki/FIFA_Confederations_Cup https://en.wikipedia.org/wiki/FIFA_World_Cup https://en.wikipedia.org/wiki/B%C3%A9la_Guttmann https://en.wikipedia.org/wiki/1963_European_Cup_Final https://www.goal.com/en/news/jose-mourinhos-third-season-curse-past-record-standings-trophies-/1olasdzvww4hn1erasj02llfjj
Posting Komentar