Pria Poligami 39 Istri dan Punya 94 Anak, Seperti Apa Hidupnya?
Kami memasak 25 kilogram beras, 40 kilogram kentang dan lima kilogram kacang-kacangan
Dunia merayakan kelahiran bayi ketujuh miliar dengan perhatian khusus berkaitan dengan ancaman ledakan jumlah penduduk.
Namun seorang pria India, Ziona, tidak peduli. Dengan bangga dia berfoto bersama dengan sebagian dari 39 istri, 86 anak dan 35 cucunya.
"Saya tidak peduli dengan kelebihan jumlah penduduk di India, saya percaya Tuhan memilih kami untuk seperti ini."
"Siapapun yang lahir dalam keluarga tidak ingin meninggalkan tradisi karena jumlah anggota terus tumbuh."
"Saya tidak pernah ingin menikah namun Tuhan menunjukkan jalan untuk itu."
"Bukan keinginan saya untuk terus menikah kembali."
Rumah Ungu

Seluruh anggota keluarga yang berjumlah 160 orang itu tinggal di sebuah rumah berlantai empat di sebuah desa di timur laut Mizoram, sebuah negara bagian di India.
Negara bagian itu bertetanggaan dengan Myanmar dan Bangladesh, memiliki populasi sekitar satu juta orang, tergolong rendah jika dibandingkan dengan penduduk India secara keseluruhan yakni 1,2 miliar.
Meskipun memiliki alam yang indah namun perlu izin khusus untuk memasuki negara bagian tersebut.
Rumah Ziona dicapai dengan berkendara selama empat jam dari satu-satunya bandara di Mizoram, bercat ungu cerah dan memiliki 22 kamar tidur.
Ruangan terbesar di rumah itu digunakan untuk memasak, makan dan berdoa.
Setiap kamar tidur memiliki tempat tidur ala asrama. Setiap kamar rata-rata memiliki 20 tempat tidur, berukuran besar.
Antar tempat tidur dipisahkan oleh jarak selangkah kaki.
Anak-anak tidur bersama ibunya. Setiap ibu secara bergiliran mengunjungi kamar tidur Ziona.
"Tidak ada diskriminasi, semua diperlakukan sama," kata istri kelima, Twangi.
Ziona menikah untuk pertama kalinya dengan Zathiangi, yang kini berusia 70 tahun. Istri termuda Ziona berusia 31 tahun.
Sebagai istri tertua Zathiangi mengepalai urusan dapur dan mengatur jam makan dengan efisien.
Tanpa banyak perdebatan beberapa perempuan memasak, lainnya menata meja, sisanya melayani makan dan membersihkan ruangan.
"Kami memasak 25 kilogram beras, 40 kilogram kentang dan lima kilogram kacang-kacangan," kata Twangi.
Keluarga itu menyantap daging tiga kali seminggu. Memasak 30 ekor ayam dan memanggang seekor babi gemuk.
Jumlah makanan dan personal membuat tugas cuci piring bukan sesuatu yang menarik bagi perempuan di rumah ungu itu.
Karena itu semua berkewajiban mencuci alat makan masing-masing.
Seperti mesin, setiap orang membawa piring masing-masing, sehingga acara makan ke-160 orang itu selesai dalam waktu satu jam dan seluruh perangkat dicuci dan diletakkan kembali pada tempatnya dalam hitungan menit.
Bertanam dan Beternak
Setiap anak diwajibkan membantu. Anak kecil berusia enam tahun sudah pandai membersihkan ayam. Semua terlihat akur.

"Tidak ada perkelahian, kami adalah satu keluarga, tidak ada orang lain disini sehingga kami tidak berkelahi," kata cucu keenam Hmingthamzauva, satu dari sekian yang bisa berbahasa Inggris.
"Karena kami adalah keluarga besar maka saat pergi keluar untuk belajar, rasanya kesepian."
Meskipun dia menyukai keluarga besar namun dirinya tidak menginginkan istri lebih dari satu.
"Kakek saya terpilih oleh Tuhan untuk memiliki banyak istri dan bisa mengurusnya. Namun bagi saya memiliki seorang istri dan anak laki-laki sudah cukup."
Hmingtahmzauva mengatakan kakek buyutnya Chana memiliki beberapa istri, dikeluarkan dari gereja Katolik karena pilihan hidupnya.
Kemudian Chana menciptakan aliran poligami yang sekarang diikuti 400 keluarga.
Ziona adalah pemimpin aliran tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka menanam bahan pangan dan memelihara ternak.
"Setiap orang memiliki tugas. Beberapa melakukan pekerjaan tukang kayu, merawat ternak babi dan ayam, yang lain memanen tanaman," kata Ziona.
Dia juga mendirikan sekolah untuk anak-anak komunitas itu, kurikulum berasal dari pemerintah namun Ziona menambahkan beberapa ajaran spesifik.
"Ayah saya terpilih oleh Tuhan sehingga kami ada di dunia. Ayah telah melakukan banyak hal untuk kami," kata anak tertua Nunparliana yang memiliki dua istri dan 14 anak.
Menolak Publikasi
India adalah negara kedua setelah Cina yang memiliki penduduk terbanyak di dunia.
Diperkirakan pada tahun 2030 akan mengambil posisi Cina.
Namun kepadatan dan kekacauan infrastruktur India tidak membuat Ziona bergeming.
"Saya tidak terganggu dengan suara bising dan keramaian. Pikiran saya selalu damai," katanya.
Keluarga ini tidak terdaftar dalam Guinness Book of World Records karena Ziona tidak menginginkan publikasi.
Namun saat berita keluarga besarnya tersebar keseluruh dunia, desa Baktwang dan keluarga besar Ziona tidak lagi terisolasi.
Sumber: CNN
Related Posts
- Istri Dukung Suami Poligami Jadi Sorotan di MalaysiaBewara - Seorang Perempuan di Malaysia mendadak viral setelah kisahnya mendukung suami berpoligami muncul di Facebook. Perempuan yang diketahui berna ...
Posting Komentar