negara Rusia dan Georgia via dw.com |
Rusia dan Georgia adalah dua negara bertetangga yang pernah menyatu sebagai bagian dari Uni Soviet di masa lampau. Dari segi luas wilayah, Rusia dan Georgia jika dibandingkan bak raksasa dan liliput. Sebabnya adalah jika Rusia merupakan negara terbesar di dunia dengan luas wilayah mencapai 17 juta kilometer persegi, luas wilayah Georgia tidak sampai 100 ribu kilometer persegi.
Meskipun bertetangga, Rusia dan Georgia sekarang memiliki hubungan yang buruk. Kedua negara tidak pernah lagi menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 2008. Tindakan Rusia menginvasi Georgia di tahun yang sama menjadi penyebab utamanya.
Invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Georgia dapat ditelusuri saat Georgia baru saja melepaskan diri dari Uni Soviet pada awal 90-an. Begitu Georgia menjadi negara merdeka, sejumah daerah penyusunnya seperti Ossetia Selatan dan Abkhazia juga memiliki niat untuk melepaskan diri. Karena Georgia ingin mempertahankan keutuhan wilayahnya, konflik pun timbul antara militer Georgia melawan kelompok-kelompok separatis setempat.
Saat perang berhenti, kelompok separatis di kedua wilayah tadi masih tetap ada. Rusia yang wilayahnya juga berbatasan dengan kedua daerah tadi kemudian mengirimkan pasukannya ke Abkhazia dan Ossetia Selatan untuk membantu menjaga perdamaian dan mencegah timbulnya kembali perang.
Keberadaan pasukan Rusia pada akhirnya gagal mencegah timbulnya kembali perang. Pada bulan Agustus 2008, pasukan Georgia menyerbu wilayah Ossetia Selatan. Pasukan Rusia kemudian ikut campur dengan cara membantu pihak Ossetia Selatan.
Hanya beberapa hari sesudah perang dimulai, pasukan Georgia terpaksa mundur dari Ossetia Selatan. Daerah Ossetia Selatan dan Abkhazia kemudian sama-sama menyatakan dirinya sebagai negara merdeka yang diakui oleh Rusia.
Karena Georgia menolak mengakui kemerdekaan Abkhazia dan Ossetia Selatan, Georgiapun memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Rusia. Hingga sekarang, Rusia masih menempatkan ribuan tentaranya di Ossetia Selatan dan Abkhazia.
Armenia dan Azerbaijan
Armenia dan Azerbaijan via sindonews.com |
Inilah dua negara tetangga Georgia yang sempat menyita perhatian dunia internasional sejak pertengahan tahun 2020. Meletusnya perang di daerah sengketa yang diperebutkan oleh kedua negara menjadi penyebab utamanya. Daerah sengketa yang dimaksud di sini adalah Nagorno-Karabakh atau Artsakh.
Nagorno-Karabakh lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Azerbaijan, namun penduduknya kebanyakan berasal dari suku bangsa Armenia. Saat Armenia dan Azerbaijan sama-sama melepaskan diri dari Uni Soviet pada awal 90-an, kedua negara langsung terlibat perang karena sama-sama ingin menguasai Nagorno-Karabakh.
Pada tahun 1994, perang di Nagorno-Karabakh berakhir dengan kemenangan pihak Armenia. Seusai perang, Nagorno-Karabakh mengklaim dirinya sebagai negara merdeka yang terpisah dari Azerbaijan.
Meskipun Nagorno-Karabakh bisa melepaskan diri dari bayang-bayang Azerbaijan berkat pertolongan Armenia, Armenia tidak mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh karena dunia internasional masih mengakui Nagorno-Karabakh sebagai wilayah milik Azerbaijan hingga sekarang. Kendati begitu, Armenia tetap menjalin hubungan dekat dengan pemerintah Nagorno-Karabakh.
Selain menimbulkan korban jiwa, Perang Nagorno-Karabakh juga menyebabkan terputusnya hubungan diplomatik antara Armenia dan Azerbaijan. Sebagai antisipasi kalau perang bakal kembali meletus dalam waktu dekat, Armenia dan Azerbaijan sama-sama menempatkan pasukannya di perbatasan Nagorno-Karabakh.
Bulan Juli 2020, perang antara Armenia dan Azerbaijan kembali meletus. Kali ini Azerbaijan memiliki persenjataan yang jauh lebih canggih karena mereka mendapat pemasukan dari sektor minyak. Hasilnya, perang antara Armenia dan Azerbaijan berakhir pada bulan November 2020 dengan keberhasilan Azerbaijan menguasai separuh wilayah Nagorno-Karabakh.
Israel dan Suriah
Israel dan Suriah via dunia.tempo.co |
Sebagai satu-satunya negara berpenduduk mayoritas Yahudi di Timur Tengah, Israel memiliki hubungan yang buruk dengan negara-negara sekitarnya yang umumnya berasal dari suku bangsa Arab. Pasalnya saat Israel berdiri, banyak warga sipil Arab Palestina yang tergusur dari tempat tinggalnya dan terpaksa pergi mengungsi.
Masalah tersebut lantas menjadi penyebab timbulnya perang antara Israel dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Selain melawan militer negara-negara Arab, Israel juga terlibat konflik dengan kelompok-kelompok Palestina pejuang Palestina.
Salah satu negara Arab yang pernah terlibat perang dengan Israel adalah Suriah. Total, Israel dan Suriah sudah 3 kali berperang, yaitu pada tahun 1948, 1967, serta pada tahun 1973. Dalam perang yang berlangsung di tahun 1967, Israel berhasil menguasai Dataran Tinggi Golan yang awalnya berada di bawah kendali Suriah.
Perang yang terjadi di tahun 1967 juga dikenal sebagai Perang Enam Hari karena perangnya memang berlangsung dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Karena Suriah ingin merebut kembali wilayah Golan, Suriah pun kembali terlibat perang melawan Israel dalam Perang Yom Kippur di tahun 1973.
Suriah lagi-lagi gagal mengalahkan Israel dalam perang yang berlangsung di tahun 1973. Meskipun sesudah itu Suriah tidak pernah lagi terlibat perang melawan Israel, Suriah masih enggan mengakui keberadaan negara Israel. Suriah juga menganggap wilayah Israel sekarang sebagai wilayah milik bangsa Arab yang sedang diduduki oleh kelompok Zionis.
Untuk menunjukkan keseriusan sikap Suriah yang enggan mengakui keberadaan Israel, Suriah membiarkan kelompok-kelompok militan musuh Israel untuk menggunakan wilayah milik Suriah. Hizbullah adalah salah satu kelompok tersebut di mana kelompok tersebut aslinya berasal dari Lebanon, namun banyak mendapatkan bantuan logistik dari Iran.
Korea Utara dan Korea Selatan
Korea Utara dan Korea Selatan via gatra.com |
Inilah dua negara bertetangga yang hingga sekarang hubungannya bak air dan minyak. Buruknya hubungan antara kedua negara bisa ditelusuri sejak tahun 1950-an, periode di mana Perang Korea meletus. Jika Korea Utara dibantu oleh Cina, maka Korea Selatan dibantu oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya yang berperang sebagai bagian dari pasukan koalisi PBB.
Meskipun Perang Korea sudah berhenti pada tahun 1953, hubungan antara Korea Utara dengan Selatan masih tetap tegang akibat tidak adanya perjanjian damai resmi antara perwakilan kedua negara. Sebagai akibatnya, wilayah perbatasan kedua negara sekarang dipenuhi oleh ranjau darat dan tentara.
Istilah Korea Utara dan Korea Selatan merupakan nama sebutan yang digunakan oleh dunia internasional untuk menyebut masing-masing negara dengan melihat lokasinya di Semenanjung Korea. Korea Utara sendiri aslinya memiliki nama resmi Republik Demokratik Rakyat Korea, sementara Korea Selatan menggunakan nama resmi Republik Korea.
Baik Korea Utara maupun Korea Selatan sama-sama mengakui seluruh wilayah Semenanjung Korea sebagai wilayah miliknya. Adanya benturan klaim tersebut lantas menjadi penyebab mengapa kedua negara sama-sama tidak memiliki kedutaan satu sama lain.
Adanya ketakutan kalau perang kembali meletus lantas menjadi penyebab mengapa Korea Utara menerapkan gaya pemerintahan otoriter dan bahkan memiliki senjata nuklirnya sendiri. Korea Selatan di lain pihak memiliki kebijakan wajib militer untuk setiap kaum pria yang sudah cukup umur. Pemerintah Korea Selatan juga mengajurkan rakyatnya untuk membangun bunker di bawah rumahnya masing-masing.
Sumber
apnews.com
wikipedia.org
Posting Komentar