BEWARA - Tinja normalnya dipandang sebagai benda yang menjijikan dan dijauhi oleh manusia. Namun tidak demikian halnya bagi arkeolog dan paleontolog (peneliti fosil makhluk purba). Pasalnya tinja atau kotoran yang sudah memfosil bisa menyediakan begitu banyak informasi mengenai jejak kehidupan di masa lampau. Mulai dari jenis makhluk pemilik tinja tersebut, makanan yang pernah dikonsumsinya, ada tidaknya penyakit yang mungkin diderita oleh makhluk pemilik tinjanya, dan sebagainya.
Dalam dunia sains sendiri, tinja yang sudah memfosil hingga menyerupai batu dikenal dengan istilah koprolit. Dengan menganalisa koprolit, ilmuwan bisa mengetahui makhluk macam apakah yang mendiami bumi di masa lampau. Hal tersebut juga berlaku untuk koprolit yang ditinggalkan oleh manusia purba. Dari sekian banyak koprolit yang sudah ditemukan oleh para ilmuwan, berikut ini adalah contoh-contoh koprolit beserta fakta mencengangkan yang dikandungnya.
Fosil Tinja Terpanjang
Melelang tinja mungkin terdengar aneh bagi para pembaca sekalian. Namun hal tersebut ternyata benar-benar pernah terjadi pada tahun 2014 lalu. Di Beverly Hills, AS, rumah lelang I.M. Chait Gallery menawarkan koprolit alias fosil tinja sebagai barang lelangnya. Apa yang membuat koprolit ini dianggap pantas untuk dilelang adalah karena koprolit ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh koprolit lainnya.
Koprolit yang dilelang ini memiliki panjang mencapai 1,02 meter. Panjangnya tersebut lantas menjadikan koprolit ini sebagai koprolit terpanjang yang pernah dikenal oleh manusia. Sahabat anehdidunia.com Koprolit yang bentuknya menyerupai rangkaian batu ini diketahui sudah berusia 33 juta tahun. Namun masih belum diketahui hewan apa yang menghasilkan tinja ini dan kenapa fosil tinjanya bisa memiliki ukuran sepanjang itu.
Koprolit ini sendiri pertama kali ditemukan di Toledo, Washington, pada tahun 2012. Karena dianggap memiliki nilai jual tinggi, koprolit ini pun kemudian dijual melalui perantaraan rumah lelang. Untuk menarik minat calon pembeli, pengelola rumah lelang menempatkan koprolit panjang ini di atas 4 buah batu marmer hitam sambil mendeskripsikan koprolit ini sebagai benda dengan “warna kuning kecokelatan yang menakjubkan”.
Walaupun mengeluarkan uang untuk membeli fosil tinja nampaknya merupakan hal yang konyol, kenyataannya koprolit senantiasa memiliki nilai jual tinggi di pasar lelang. Koprolit yang berukuran lebih kecil diketahui bisa dihargai sebesar 6.000 dollar (sekitar 84 juta rupiah). Koprolit panjang ini sendiri diperkirakan memiliki nilai jual mencaai 10.000 dollar.
Fosil Tinja Manusia Terbesar
Arkeologi merupakan bidang ilmu yang fokus menggali dan meneliti peninggalan-peninggalan yang mengandung nilai sejarah. Berdasarkan spesialisasinya, arkeologi sendiri bisa dipecah menjadi beberapa cabang ilmu yang lebih kecil lagi. Satu dari sekian banyak cabang ilmu yang masih tergolong dalam arkeologi adalah paleoskatologi, bidang ilmu yang fokus meneliti tinja atau kotoran yang sudah memfosil.
Salah satu manfaat dari adanya cabang ilmu arkeologi yang fokus meneliti fosil tinja adalah membantu mengidentifikasi peninggalan yang pada awalnya tidak diketahui. Hal itulah yang terjadi pada fosil tinja ini. Pada awalnya fosil tinja ini terpajang di ruang penyimpanan milik lembaga York Archaeological Trust.
Saat seorang pakar koprolit sedang memeriksa benda-benda milik lembaga tadi, ia begitu takjub saat berhasil menemukan fosil tinja manusia di dalamnya. Fosil tinja manusia ini memiliki panjang mencapai hampir 18 cm. Ukurannya ini sekaligus fosil tinja ini sebagai fosil tinja manusia terbesar yang pernah ditemukan.
Penelitian lebih jauh menunjukkan kalau fosil tinja ini dihasilkan oleh penduduk suku bangsa Viking. Ilmuwan juga menemukan kalau saat ia mengeluarkan tinja ini, ia sedang menderita penyakit pencernaan akibat infeksi cacing parasit Ascaris lumbricoides. Sahabat anehdidunia.com cacing tersebut bukanlah sembarang cacing karena berdasarkan kasus-kasus yang sudah diketahui, cacing yang bersangkutan diketahui bisa menembus daging dan bahkan mata.
Toilet Umum Purba
Di Argentina, ada sebuah tempat yang di kalangan ilmuwan dikenal dengan sebutan Formasi Chanares. Lokasi berusia 240 juta tahun ini pertama kali ditemukan pada tahun 2013. Saat membongkar tempat ini, para ilmuwan merasa tercengang akan begitu banyaknya fosil tinja yang berserakan di lokasi. Temuan tersebut lantas membuat ilmuwan menjuluki Formasi Chanares sebagai “toilet umum tertua di dunia”.
Sebutan yang diberikan oleh para ilmuwan tersebut bukan tanpa alasan. Ada setidaknya ribuan fosil tinja dalam bentuk dan ukuran beragam yang ditemukan di tempat ini. Sebagian di antara fosil tinja tersebut nampak memiliki bentuk lonjong sempurna. Dari sekian banyak fosil tinja yang ditemukan di Formasi Chanares, yang terbesar diketahui memiliki diameter 40 cm.
Makhluk yang menjadi pembuat tinja-tinja tersebut diketahui bukanlah manusia, melainkan reptil purba bernama Dinodontasaurus yang wujudnya menyerupai badak dengan sepasang taring besar di moncong atasnya. Kendati namanya mengandung unsur “saurus”, hewan ini oleh para ilmuwan tidak dikategorikan sebagai dinosaurus. Namun mereka memang hidup sezaman dengan dinosaurus.
Hal tersebut lantas memberikan tambahan informasi bagi kita yang hidup di masa kini mengenai bagaimana beragamnya fauna yang pernah hidup pada masa lampau. Sahabat anehdidunia.com mengenai alasan kenapa Dinodontasaurus memiliki “toilet umum”nya sendiri, ilmuwan menduga kalau hal tersebut bisa terjadi karena Dinodontasaurus memiliki pola hidup sosial dan memiliki kebiasaan menggunakan tempat yang sama untuk membuang kotorannya.
Tinja Manusia Kanibal
Gua Santa Maria adalah nama dari sebuah gua di Spanyol yang pada masa ribuan tahun yang lalu digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Dengan memeriksa peninggalan-peninggalan yang ada di dalam gua, ilmuwan bisa mendapatkan gambaran informasi mengenai seperti apakah kehidupan manusia pada masa 10.000 tahun yang lalu.
Salah satu peninggalan yang berhasil ditemukan manusia di Gua Santa Maria adalah fosil tinja manusia. Yang membuat para ilmuwan merasa begitu tercengang akan penemuan fosil tinja ini adalah fosil-fosil tinja yang diperiksa mengandung serpihan tulang manusia. Dengan kata lain, siapapun orang yang menghasilkan tinja ini di masa lampau, orang tersebut adalah kanibal alias pernah memakan daging sesama manusia.
Penelitian lebih jauh pada serpihan tulang menunjukkan adanya bekas gigitan dan goresan akibat peralatan batu. Sahabat anehdidunia.com dengan melihat temuan tersebut, ilmuwan menyimpulkan kalau manusia pemilik tinja ini tidak memakan korbannya mentah-mentah, melainkan mengolahnya terlebih dahulu dan bahkan memasaknya sebelum kemudian memakannya.
Kolektor Fosil Tinja
George Frandsen adalah nama dari seorang pria asal AS yang sejak tahun 2016 lalu mencatatkan namanya di museum rekor Guiness. Catatan rekor yang dibuatnya terbilang sangatlah tidak umum. Pasalnya pria ini merupakan kolektor fosil tinja dengan jumlah koleksi terbanyak di dunia. Ia diketahui mengoleksi 1.277 fosil tinja dari masa prasejarah.
Kecintaan Frandsen akan fosil tinja bermula saat ia sedang mempelajari bidang ilmu paleontologi. Sejak itu, ia terobsesi untuk mengumpulkan fosil-fosil tinja prasejarah yang bisa ia dapat. Sebanyak ribuan fosil tinja yang ia miliki diketahui berasal dari 8 negara berbeda. Sementara untuk fosil tinja yang ia dapat di negara AS, ia memperolehnya dari 15 negara bagian berbeda.
Dari sekian banyak fosil tinja koleksinya, fosil tinja favoritnya adalah fosil tinja seberat hampir 2 kilogram yang ia beri nama “Precious” (Yang Berharga). Sahabat anehdidunia.com fosil tinja tersebut diketahui sudah berusia 20 juta tahun dan berasal dari hewan prasejarah yang bentuknya menyerupai buaya.
Source : listverse.com
Posting Komentar